
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan pemerintah berharap untuk menjual buatan Indonesia SS-2 senapan serbu ke Myanmar.
"[Myanmar] memandang SS-2. Kami telah menawarkan itu, "katanya, Kamis setelah Menteri Pertahanan ASEAN di Jakarta Pertemuan.
Purnomo mengatakan bahwa perdagangan senjata bangsa saat ini sedang dilakukan oleh Indonesia Incorporated, yang mewakili BUMN di Indonesia pembuat senjata, PT Pindad, Departemen Pertahanan dan Industri Komite Kebijakan Pertahanan (KKIP).
"Myanmar sudah dalam proses transisi. Mereka sudah pemilu. Ini harus dilakukan secara bertahap, "kata Purnomo.
Kolonel Jan Pieter Ate seorang asisten khusus untuk Menteri Pertahanan Indonesia, mengatakan bahwa pada prinsipnya Indonesia tidak akan membatasi penjualan senjata kepada negara manapun, termasuk negara-negara anggota ASEAN.
"Mereka harus mengendalikan pasar mereka sendiri daripada negara di luar ASEAN," katanya.
Jan Pieter mengatakan bahwa kebijakan Indonesia mengenai penjualan senjata itu terkait dengan kerjasama industri pertahanan ASEAN.
"Ini semua benar jika kita ingin menjual [senjata] ke Malaysia, Laos atau Vietnam, dan Myanmar. Apa yang tidak kita harapkan - dan kita tidak kompromi dalam hal ini - adalah jika senjata digunakan untuk mengancam negara-negara lain, "kata Jan Pieter.
Dia menambahkan bahwa posisi Indonesia tegas, melambaikan dari kemungkinan bahwa senjata-senjata buatan Indonesia bisa digunakan pada warga sipil.
"Tujuan utama dari senjata adalah untuk membela negara. Hal ini menarik bagi kita juga, "kata Jan Pieter.
Senjata penjualan mungkin membantu pergeseran Indonesia mendukung Myanmar menuju demokrasi, ia menambahkan.
"Dengan hubungan tersebut, kita akan mempunyai akses lebih baik ke negara untuk meningkatkan demokrasi. Jika salah satu [bangsa] tidak memiliki hubungan dengan yang lain, akan sulit untuk mempengaruhi satu sama lain. Salah satu cara adalah melalui perdagangan, dan pertahanan merupakan salah satu cara [untuk melakukan itu], "kata Jan Pieter.
Universitas analis keamanan Indonesia Andi Widjajanto mengatakan ide menjual senjata Indonesia untuk Myanmar lebih positif daripada negatif. "Sebuah 'embargo' dari senjata ringan ke Myanmar justru akan mendorong junta untuk memasuki pasar gelap," katanya.
Memberikan Myanmar pilihan untuk tetap di pasar senjata internasional akan menyebabkan jaringan kriminal transnasional mendukung penyelundupan senjata kehilangan pendapatan, katanya.
( The Jakarta Post )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar